Rabu, 25 Juni 2008

Annisah, cerpen buatanku... ksh komen ya !

Di luar Camp Israel,
Drap… Drap… Drap… Suara derapan kaki seorang yang sedang berlari, di belakangnya ada banyak orang yang mengejarnya sambil meneriakkan kata-kata kotor. Gadis itu membawa kepala seseorang, dan itu adalah kepala dari Al-Gustava, Letnan dari pasukan Israel. Gadis itu terus berlari, hingga dia menemukan pohon dan bersembunyi di atas pohon, para orang Israel yang mengejarnya kini bingung, mereka tak tahu kemana gadis itu pergi, salah satu orang berkata, “Sial, kita kehilangan jejak !”
Setelah saat yang tepat tiba, dimana para orang Israel itu pergi, dia turun dari pohon, sambil menghembuskan nafas dia mengucapkan Alhamdulillah. Seketika dia pergi dari tempat itu, dan melanjutkan perjalanannya ke Markas Hamas.
Markas Hamas, 1km dari Palestina
Gadis itu tiba di Markas Hamas, dia tersenyum lebar ketika tiba di tempat yang dicintainya. “Annisah…”, seorang lelaki menghampirinya, Annisah, itulah nama gadis itu, dan gadis itu sangat senang dihampiri oleh seorang lelaki yang telah menjadi sahabatnya sejak kecil, yaitu Am-Mirza.
“Bagaimana misimu, apa berjalan dengan baik?”, Tanya Am-Mirza, Annisah menoleh pada pria itu dan menjawab,”Alhamdulillah, semua berjalan baik, dan aku berhasil membawa kepala bangsat itu kesini.” Am-Mirza terhentak dan berkata,” Astaghfirullah, jangan berkata begitu, tak baik menghina orang yang sudah meninggal !” Annisah hanya merseponnya dengan senyum dan akhirnya ia meninggalkan ruangan karena dipanggil oleh letnan jendral Hamas, Ar-razi.
Annisah masuk ke dalam tenda yang paling besar di markas hamas, itulah tenda Ar-razi yang diutus oleh pimpinan besar hamas untuk mengatur tempat ini. “Kerja bagus Annisah !”, kata Ar-razi sambil bertepuk tangan, Annisah hanya tersenyum dan duduk di karpet yang digelar sebagai alas tenda. “Sekarang, kau kuberi tugas baru, ini tugas yang mudah, dimana kau harus mencuri dan meledakkan gudang amunisi dan senjata Israel yang terletak di luar Libanon, akan kuberikan petanya padamu,” Kata Ar-razi, Annisah menerima petanya dan mengangguk, setelah itu dia meminta izin untuk keluar dari tenda itu.
Tugas yang mudah, begitu pikiran Annisah, dia hanya tinggal membawa beberapa C4 dari Markas Hamas, dan tidur selama 6 jam, serta makanan dan minuman. Annisah bangun pukul 5 subuh, dia melakukan shalat shubuh sebelum pergi ke tempat tujuan. Setelah shalat shubuh dan sarapan serta menyiapkan beberapa bomb C4 dan perlengkapan lainnya, dia pamit kepada para tentara di Markas Hamas, dan akhirnya gadis itu pergi ke tempat yang ditandai pada peta.
Ditengah Perjalanan
Annisah sedang berjalan dengan tenangnya, hingga dengan tiba-tiba ia mendengar derap kaki banyak orang, “Itu dia, hei… Gadis jahannam !” jerit seseorang yang Annisah duga pasti orang Israel, para orang Israel itu membawa AK47, senjata yang cukup mematikan, para Israel itu menembaki Annisah, tetapi Annisah menghindar dengan sigap sehingga tiada satu pelurupun yang menempel di tubuhnya.
Annisah berlari mencoba menghindari mereka, dan para Israel itu semakin liar menembaki Annisah, dan kemudian, Siiiung… Jepp… Ada satu peluru yang terjatuh tepat di betis Annisah, tetapi gadis itu terus berlari dengan kaki terpincang-pincang, dan akhirnya para Israel itu berhasil menangkapnya dan mau menembak pelipis Annisah dengan senjatanya, kemudian, Dor… Tamat sudah riwayat orang yang mau menembak Annisah, teman-teman orang itu menoleh ke suara tembakan.
“Mirza…” kata Annisah dengan lirih, “Hei kamu ! Sekali kau sentuh gadis itu lagi, aku bunuh kau !” Kata Am-mirza marah pada lelaki Israel itu, “Bodoh, seharusnya kamu yang hati-hati, sekali kau ngomong kurang ajar pada kami, kami tak segan memenggal lehermu dan dijadikan pajangan di tenda !” Ancam salah satu orang Israel itu, Annisah adalah orang yang cerdik, dan dia memanfaatkan kejadian itu untuk mengambil senjata orang yang tewas ditembak itu dan memukulkannya pada orang Israel yang lain sehingga yang tersisa disana hanyalah, Annisah, AK47, C4, dan Am-mirza, serta mayat-mayat orang Israel itu.
Am-Mirza membopong Annisah, dia membawa Annisah hingga tiba di sebuah pohon yang rindang, “Annisah, apa kamu baik-baik saja ?” Tanya Am-Mirza dengan khawatir, Annisah menjawab,”Aku tidak apa-apa, hanya luka kecil, oh ya, bagaimana kau bisa kemari !” Am-Mirza tiba-tiba termenung, ia tak dapat berkata apa-apa, Annisah menyadari ada yang aneh, tetapi perasaan itu musnah ketika Am-mirza bercerita.
Am-mirza bercerita bahwa dia mengikuti Annisah sejak hari dimana gadis itu memulai perjalanannya, Am-mirza tidak bilang ke Annisah soal itu karena dia yakin Annisah tidak akan memperbolehkannya ikut, dengan alasan berbahaya lah, tanggung jawab Annisah sendiri lah, dan sebagainya. Annisah mendengar celotehan Am-mirza hanya tertawa, dan secara berat dia mengakui dalam hatinya kalau dia sangat bersyukur bisa ditolong oleh orang yang sangat didambakannya jadi suaminya, “Astaghfirullah, mikir apa aku tadi”, kata Annisah pada dirinya sendiri, dan Am-mirza bertanya ada apa, Annisah menjawab,”tiada apa-apa !”
Am-mirza meminta izin kepada Annisah untuk mencari kayu bakar, dia membutuhkan itu untuk membuat api unggun, karena hari sudah mulai sore, dia juga minta izin untuk mencari air bersih, untuk wudlu akan shalat maghrib, Am-mirza menyarankan pada Annisah untuk selalu siaga, karena ada kemungkinan tentara Israel akan melewati daerah itu, meski kemungkinannya kecil.
Annisah mengizinkan Am-mirza untuk mencari yang dia butuhkan, sebelum Am-Mirza pergi Annisah mengucapkan, “Hati-hati, kan ku tunggu engkau disini sampai kau kembali !” Am-mirza hanya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala heran. Annisah tersentak, dia sadar bahwa dia mengatakan sesuatu yang tak biasa dia katakan, dia biasanya akan meninggalkan orang yang dia rasa terlalu lambat, tapi untuk kali ini, dia merasa berat hati untuk meninggalkan Am-mirza. “Apakah ini yang disebut… Ah, lupakan, aku harus memikirkan strategi untuk dapat meledakkan gudang senjata Israel itu, coba aku amati petanya”, Annisah mengeluarkan salah satu dari dua peta yang diberikan Ar-razi padanya, peta itu adalah, peta gudang senjata itu, atau lebih mudahnya disebut denah gudang senjata itu.
Pukul 5 sore, Am-mirza kembali dengan menggendong setas penuh kayu bakar dan dua ember air bersih yang diambilnya di sungai terdekat tadi. Annisah membantu Am-mirza untuk menyalakan api unggun, Am-mirza menyarankan untuk beristirahat hingga esok pagi, Annisah setuju dengannya. Annisah mengeluarkan 2 bungkus makanan dari tasnya, lalu dia memberikan 1 bungkus makanan pada lelaki yang duduk di depannya, mereka tak duduk bersebelahan, karena mereka takut setan akan menggoda mereka berbuat yang diharamkan oleh Islam, Matahari telah tenggelam, dan waktu Maghrib pun tiba, mereka berdua shalat Maghrib berjamaah dan dijamak dengan shalat Isya.
“Jadi, apa rencanamu untuk meledakkan gudang senjata Israel itu ?” Tanya Am-mirza membuka percakapan, Annisah menjawab,”Setelah kuamati dari petanya, ada sebuah jendela yang berukuran 3x4 m, aku akan membobol lewat sana.” Am-mirza bertanya lagi pada Annisah,”Bagaimana kalau jendela itu berkaca ?” Annisah menjawab,”Aku yakin, di gudang senjata itu jendelanya tak berkaca, karena bila pasukan disana mengalami serangan mendadak, orang yang bertugas di dalam gudang itu akan melempar senjatanya lewat jendela, dan itu cukup praktis dan tidak memakan banyak waktu.” Am-mirza hanya tersenyum kagum, dia tak menyangka kalau teman bermainnya sejak kecil bisa menjadi seperti ini. Hari semakin malam, bulan menampilkan cahaya indahnya dengan mesra, dan bintang mengedipkan matanya pada bumi, dan bumi menyambutnya dengan romantis, Am-mirza sudah tidur, tinggal Annisah yang masih bangun, dia belum mengantuk , dia melihat ke atas, ke arah bintang-bintang.


Indahnya kau para bintang
Yang bersinar tak berkurang


Dia tidak melanjutkan puisinya lagi, tapi dia masih melihat ke angkasa untuk menikmati gemerlap sinar bintang dan remangnya cahaya bulan, sekian lama dia menyaksikan angkasa, dan akhrinya ia tertidur.
“Ssst… Diam, nanti ia terbangun” ada seseorang berbisik pada yang lain, orang itu bernama Majid, seorang tentara Israel, dia membawa sebuah botol yang berisi obat bius dan kemudian dia tumpahkan sebagian ke sapu tangannya, lalu dia mendekap seorang perempuan dengan sapu tangan itu hingga perempuan itu pingsan, dan perempuan itu adalah Annisah.
Majid dan kawan-kawannya mengikat tangan dan kaki Annisah dengan tali, dan kemudian membopongnya ke sebuah mobil dan pergi dari tempat itu. Salah satu kawanannya yang duduk di depan bertanya pada Majid yang menyupiri kendaraan tersebut,”Kita akan membawa gadis ini kemana ?” Majid menjawab dengan kasar, ”Kamu ini goblok atau gondes sih, ya kita akan membawanya ke markas, mau kemana lagi !” dan semua yang ada di mobil itu diam, mereka menuju markas Israel yang menjadi tujuan utama Annisah itu sendiri.


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

inilah bagian pertama...

bagaimana lanjutannya ???
lihat saja nanti !

2 komentar:

terrii's diary mengatakan...

satu. sp annisah itu ?
wawawawaa . . kinthunk t ?

by the way, cerpen km panjang bgd !
oiyawh td aku smpet bc cerpenny kinthunk, jadii , ,
jadi-jadian . .

hehe .

Cholis Mambou mengatakan...

aku iku sangat ambou